Sabtu, 02 Januari 2010

Missen


Cerita Pendek Arief Budiman
Mess Hatchery Segayam, 30 Oktober 2009, 19:10 wib



“I’m so sad today, Papa.”

Begitu bunyi sms yang ku terima.
Hatiku langsung tergugah. Aku langsung memikirkan dirinya; gerangan apa yang membuat hatinya bersedih; aku harus menghibur dirinya. Aku tidak ingin dia bersedih dalam hidupnya. Aku ingin dia selalu bahagia. Kesedihannya akan menjadi kesedihanku. Kebahagiannya akan menjadi kebahagiaanku. Lalu aku mulai memilih kata untuk membalas smsnya.

“Ada apa, sayang...?”Akh... sayang...? Memang aku begitu menyayanginya, tetapi mengucapkan kata sayang membuatku sedikit risih, walaupun terkadang dorongan hatiku untuk mengungkapkan rasa sayangku padanya dengan mengucapkan kata sayang begitu kuat, tetapi tetap saja aku merasa risih untuk mengucapkannya. Aku tahu walaupun aku tak pernah, mungkin pernah... tetapi jarang sekali, mengucapakan kata sayang, dia tahu bahwa aku sayang padanya, aku dapat merasakan itu.

Sejak dia mulai bisa merasakan permasalahan-permasalahan hidup dan mempunyai kekinginan untuk menyelesaikan permasalahan itu, sejak kedewasaan berpikir mulai masuk ke dalam pribadinya, sejak dia mulai memiliki hasrat dan keinginan-keinginan pribadi seorang gadis remaja, dia mulai dekat denganku. Sepertinya dia begitu ingin aku menjadi pelindungnya, menjadi penjaganya, dan menjadi orang yang dapat memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang dihadapinnya.
Belum sempat smsnya kubalas, masuk lagi sms darinya.

“Aku ingin menangis, Papa......”

Papa....? Ada perasaan tak menentu dalam diriku mendengar kata ini diucapkannya untukku. Kata Papa yang diucapkannya melalui sms itu membuatku ingin mencurahkan segala rasa sayangku padanya. Kata itu membuatku merasa menjadi orang yang sangat berarti dalam hidupku. Kata itu juga membuatku bahagia sekaligus sedih, apa benar rasa sayangku padanya adalah rasa sayang tulus seorang Papa kepada puteri tercintanya, jangan-jangan rasa sayangku padanya hanyalah rasa sayang yang berpamrih, yang berasal dari sebuah keinginan untuk merebut simpati, yang muncul karena sebuah hasrat syahwati, yang mengharapkan kehangatan pelukan dan indahnya desah napas bercampur erangan. Tapi, terlepas dari segala pikiran yang kerap muncul tersebut, aku benar-benar menyayanginya, aku benar-benar menginginkan dirinya bahagia, dan tak kuizinkan secuilpun penderitaan menghampiri dirinya.

“Aku ingin menangis, Papa......” Kembali kubaca sms itu. Ingin rasanya aku segera berada di dekatnya, hingga aku dapat mendekapnya, menyandarkan kepalanya di bahuku, mengelus punggung serta membelai rambutnya dengan segala rasa sayangku padanya. Ingin kubuat dirinya nyaman, hingga dia dapat membuang segala rasa gundah-gulana dan kesedihannya dengan bebas dan leluasa bersama air matanya yang tercurah di bahuku. Ingin kukuatkan dirinya dengan tatapan sayang mataku. Ingin rasanya segara kutinggalkan kantor dan langsung pulang kerumah, tapi masih ada tugas yang harus kuselesaikan hari ini, lagi pula apa mungkin aku dapat mendekapnya dalam pelukkanku, tidakkah nanti ketulusanku dianggapnya sebagai sebuah sikap kekurangajaranku padanya. Mungkin sebaiknya kutelpon saja dia.

Belum lagi sempat kutelpon dirinya, masuk lagi sms darinya.

“Uuhh... sepertinya tidak ada lagi yang peduli denganku...”

Hmm... aku hafal betul dengan nada sms seperti ini. Sebuah nada merajuk yang muncul karena sifat manja darinya padaku jika sampai dua atau tiga kali sms darinya belum kubalas. Kadang memang karena suatu hal maka aku harus menunda membalas sms atau menelpon balik, tetapi terkadang memang aku sengaja menunda membalas sms-sms darinya demi mengharapkan kemanjaannya pada diriku. Aku suka, atau lebih tepatnya senang dan bahagia, jika dia manja padaku. Kemanjaannya bagaikan pupuk yang menyuburkan rasa sayangku padanya.

“Hallo… Mbak… ?”

Segera ku sapa dirinya dengan handphoneku. Tidak ku gunakan kata sayang dalam sapaku. Ku panggil dia dengan panggilan ’Mbak’, sapaan sehari-hariku padanya, menirukan panggilan keponakan-keponakanku yang lain padanya.

Aku sangat akrab sekali dengan keponakan-keponakanku. Mereka manja sekali padaku, karena memang aku suka memanjakan mereka. Membelikan mereka mainan, pakaian, uang jajan dan hadiah-hadiah adalah wujud rasa suka dan sayangku kepada keponakanku. Hal ini mungkin muncul karena diusia perkawinanku yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini aku belum dikaruniai keturunan, atau memang mungkin pada dasarnya aku menyukai anak-anak.

Dia merupakan anak tertua dari adik istriku.

”I’m so sad, Papa.” jawabnya dengan nada suara yang mulai serak karena menahan tangis.

”Ada apa sich, Mbak.... koq sedih..?”

”I’m falling in love, Papa”. Tangisnya langsung pecah. Sebuah tangisan manja.

Ada perasaan tak menentu di dalam hatiku saat mendengar bahwa dia mulai jatuh cinta.

”Lho... harusnya senang.... koq malah sedih... ?”

”Bingung...,” jawabnya pendek dan terdenganr manja

”Oke... nanti malam Mbak ceritakan panjang lebar ya.... I want to working now, oce... !”

“Hmm.. tapi janji ya… nanti malam.. your time specialy for me, you must promise to me.” rengeknya manja.

“Oke… I promise.”

Ada banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin ku tanyakan padanya, jatuh cinta pada siapa, orangnya bagaimana, tampankah, kuliah dimana atau kerja dimana, tinggal dimana, suku mana, dan segudang pertanyaan lainnya. Tapi perasaan aneh yang ada dalam diriku seolah memaksa untuk segera menghentikan percakapan itu.

Aku tersandar di kursi kerjaku. Minatku untuk menyelesaikan tugas-tugas jerja yang menumpuk hilang. Pikiranku hanya tertuju padanya. Wajahnya yang manis dan sikap manjanya padaku seolah menari-nari mengitari kepalaku. Otakku hanya fokus kepadanya.

Dia jatuh cinta! Jatuh cinta!? Pada siapai!? Ini sangat menggangguku. Sepertinya ada rasa cemburu yang begitu kuat di hatiku. Aku seolah tidak rela dia jatuh cinta pada orang lain. Ada apa ini...? Ya... aku cemburu. Cemburu!

Cemburu..!? Akh... ini artinya aku jatuh cinta padanya.

Aku keluar dari ruang kerjaku dan kutinggalkan kantor. Tiba-tiba saja dorongan kuat memaksa aku untuk segera pulang ke rumah, sejak lulus SMU tiga bulan yang lalu dia tinggal dirumahku. Aku begitu rindu dirinya . Aku rindu............

Rabu, 30 Desember 2009

Saat Aku Butuh Cinta


27 Desember 2009 jam 9:55
Oleh : Regina Tanzi Re



Sunyi, Sepi, Hening, Diam..
Dunia bagai mati..

Tak ada kehidupan..

Tak ada kata hampa..

Yang ada hanya kebekuan...

Yang ada hanya kebisuan..

Yang hanya ada kegersangan..


Saat itu aku sadar bahwa aku butuh cinta..
Bahwa aku butuh kasih dan sayang..

Tanpa cinta hidup terasa hampa...
Tanpa cinta dunia terasa mati...

dan tanpa cinta alampun tiada bersemi..


Cinta....

Sebuah kata sejuta makna..

Cinta adalah harapan...
Cinta adalah keindahan...

Cinta adalah nilai-nilai yang penuh cita rasa..

Dengan cinta kita bisa memandang dunia..

Dengan cinta kita dapat mencipta harapan dan impian..

Dengan cinta kita mampu meraih angan-angan....


Aku, Kau, Dia, Mereka, Kita..
Semua membutuhkan cinta...

Karena kita terciptapun dari cinta..

Sebab Tuhanpun mencipta dunia ini dengan cinta...............!!!!!!!!

Siapakah yang akan menjadi cinta sejati ku????


(Penulis adalah fesbooker dan anggota dari group Kekuatan Cinta. Penulis muda asal BK 10 Belitang, Seorang remaja puteri ygang duduk di kelas 1 SMA)



Motivasi Hari Ini 3 :

"Apapu fakta yang ada di hadapan kita tidaklah lebih penting daripada SIKAP kita menghadapinya, karena itulah yang menjadikan kita berhasil atau gagal."

"Kebencian atau dendam tidaklah menyakiti orang yang tidak Anda sukai, melainkan hanya akan menggerogoti perasaan Anda sendiri."